Satu spesies dinosaurus baru, yakni Brontomerus mcintoshi telah dipublikasikan di jurnal Acta Palaeontologica Polonica. Oleh penemunya, dinosaurus ini disebut juga sebagai ‘thunder-thighs’ karena memiliki otot paha yang sangat kuat.
Brontomerus, anggota dari dinosaurus sauropod yang memiliki leher panjang seperti Diplodocus dan Brachiosaurus kemungkinan menggunakan otot pahanya yang kuat sebagai senjata untuk menendang lawannya. Kemungkinan lain, otot itu bermanfaat untuk membantu mereka berjalan jauh atau berjalan di medan yang sulit.
Diperkirakan, hewan ini hidup sekitar 110 tahun lalu, selama Early Cretaceous Period dan kemungkinan harus berseteru dengan pemangsa yang ganas seperti Deinonychus dan Utahraptor.
Dua fosil Brontomerus mcintoshi, satu fosil dewasa dan satu fosil anak berhasil diamankan oleh peneliti ke Sam Noble Museum, di Amerika Serikat. Menurut para paleontologist, fosil yang lebih besar merupakan fosil induknya yang diperkirakan memiliki panjang 14 meter dan bobot seberat 6 ton. Adapun fosil anaknya, diperkirakan memiliki bobot tubuh seberat 200 kilogram dengan panjang 4,5 meter.
Peneliti mengamati genus baru itu berdasarkan tulang bahu, pinggul, rusuk, tulang belakang, dan beberapa bagian yang belum berhasil diidentifikasi. Tulang-tulang itu digunakan untuk mengidentifikasi fitur unik Brontomerus, khususnya bentuk ilium (tulang pinggul) yang dalam kasus Brontomerus, berukuran luar biasa besar dibanding dengan milik dinosaurus serupa.
Tulang lebar dan berbentuk pipih itu maju hingga ke depan dudukan pinggul, menyediakan kawasan yang luas untuk menampung otot. Bentuk tulang itu mengindikasikan bahwa hewan tersebut kemungkinan memiliki otot kaki terbesar di antara seluruh dinosaurus di keluarga sauropod. Otot itu tercermin dari nama Brontomerus atau “thunder-thighs”dalam bahasa Inggris.
Adapun nama mcintoshi dipilih untuk menghormati John ‘Jack’ McIntosh, seorang fisikawan asal Wesleyan University, Amerika Serikat yang juga merupakan paleontologist lepas.
“Brontomerus mcintoshi merupakan penemuan yang sangat menarik bagi kami,” kata Mike Taylor, peneliti dari Department of Earth Sciences, University College London, seperti dikutip dari Science 2.0, 28 Februari 2011. “Saat kami mendapati bentuk aneh dari pinggulnya, kami memikirkan apa fungsinya, namun kami menyimpulkan bahwa untuk memperkuat tendangan merupakan manfaat yang paling memungkinkan,” ucapnya.
Taylor menyebutkan, tendangan Brontomerus kemungkinan digunakan saat dua pejantan bersaing untuk memperebutkan seekor Brontomerus betina. Namun melihat mekanisme tulang yang ditemukan, tidak mustahil jika tendangan Brontomerus digunakan sebagai tendangan ‘maut’ untuk mempertahankan diri dari serangan predator yang bermaksud memangsanya.