1. Makanan Serba Instan, Enak
tapi Berbahaya
Di setiap artikel kesehatan,
makanan instan selalu masuk ke dalam blacklist untuk tidak dikonsumsi. Bukannya
diskriminatif, tapi memang benar ada alasannya kenapa itu harus dijauhi.
Seperti mie instan yang termasuk karbohidrat sederhana sehingga sangat mudah
meningkatkan kadar gula dalam darah dan berefek akan cepat mudah merasa lapar
kembali. Begitu juga dengan snack yang digoreng, yang banyak mengandung radikal
bebas. Di samping itu, proses penggorengan membuat sel darah merah menggumpal
dan membuat tubuh kesulitan untuk mendistribusikan sel darah merah yang
mengandung nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh. Termasuk juga, burger dan
hotdog, karena bahan dasar makanan tersebut, yaitu sosis dan burger patty,
merupakan bahan makanan yang diawetkan. Nutrisionis Emilia Achmadi mengatakan
bahwa ada harga yang harus dibayar ketika berani mengonsumsi makanan yang cepat
diolah dan disantap ini. Jadi, mulailah bijak untuk memilih makanan mana yang
enak tapi tak baik untuk tubuh, dan mana yang sehat.
2. Lupa kapan terakhir kali
berolahraga
Tubuh diciptakan Tuhan untuk
bergerak dan mengeluarkan keringat. Dr. Phaidon L. Toruan, praktisi gaya hidup
sehat, menegaskan hal ini dengan menekankan olahraga sebagai sebuah kebutuhan,
bukan tuntutan. Apalagi dalam kaitannya dengan kadar gula darah, gula disimpan
di dalam sel lemak, kemudian di dalam sel lemak tersebut gula diubah menjadi
lemak. Bila gula terus dibiarkan menumpuk, maka sel lemak akan bertambah besar,
banyak, dan membuat tubuh gemuk. Bukan hanya bentuk tubuh yang berubah, namun
kontrol gula darah pun ikut berantakan. Karena, kemampuan sel-sel otot di tubuh
untuk menyerap glukosa menjadi terganggu dan membuat kadar pembakaran glukosa
untuk menjadi energi baru terhambat. Olahraga untuk kesehatan sebenarnya tak
mewajibkan yang rumit dan berbiaya mahal. Dengan rutin jogging selama 45 menit
dalam tiga kali seminggu saja, kamu sebenarnya sudah meningkatkan massa otot
dan mengurangi lemak di pinggung, yang berefek pada membaiknya kadar gula dalam
darah.
3. Hobi makan makanan manis
Hidangan pencuci mulut, tren cake
yang bergulir bergantian, atau minuman bubble tea yang jadi perbincangan,
adalah sebagian sumber gula yang berada di kehidupan sehari-hari. Sesekali
mengonsumsinya, lalu diseimbangkan dengan mengurangi konsumsi karbohidrat serta
makanan berbahan dasar tepung terigu, boleh-boleh saja. Namun, apa jadinya
tubuh ini kalau kamu dengan liberal mengonsumsi makanan serta minuman manis
tersebut, tapi tak melakukan apa-apa untuk menghindarkan dirimu dari diabetes?
Perlu diketahui, bahwa gula, terutama gula putih atau gula pasir, adalah jenis
pemanis yang sangat jahat karena sangat cepat meningkatkan kadar gula dalam
darah. Semakin tinggi kadar gula, pankreas akan bekerja semakin keras untuk
menghasilkan insulin, hormon penyeimbang kadar gula agar gula bisa dimasukkan
ke dalam sel tubuh. Jika dalam sehari saja konsumsi gula yang harus distabilkan
oleh pankreas sudah terhitung banyak, jangan terkejut kalau baru berusia 30
tahunan saja kamu sudah memiliki masalah dengan kadar gula karena organ
tersebut bekerja terlalu keras selama ini dan produksi insulin yang menjadi
“penawar” tak mencukupi kebutuhan. Mengerikan, bukan? Tapi, bukan berarti yang
manis-manis tak bisa kamu nikmati lagi. Kamu hanya perlu mengganti pemanis yang
biasanya dipilih dengan gula aren atau madu, karena kedua jenis pemanis
tersebut diolah tubuh secara sederhana tanpa harus melibatkan kerja keras
pankreas.
4. Stress…stress…stress
Istilah ini bukan kata asing lagi
untuk siapa saja, apalagi bagi kamu yang menjalani multiperan sebagai istri,
ibu, dan karyawati. Dianggap remeh, stress atau beban pikiran yang dibiarkan
berlarut-larut, sebenarnya menimbulkan respons tubuh dengan memproduksi hormon
stress, yaitu kortisol. Fungsi hormon ini adalah untuk memecah sumber energi tubuh, otot, dan lemak, untuk diubah menjadi
gula agar stress bisa teratasi. Nah, bisa disimpulkan dengan logika mudah,
kalau semakin lama stress dibiarkan, maka akan semakin banyak kortisol
diproduksi dan akhirnya menjadikan kadar gula meningkat. Solusi mengelola
stress ada dua, yaitu psikis dan fisiologis. Secara psikis, stress yang sedang
diderita dicari jalan pemecahannya dengan bantuan dari tenaga ahli atau kerabat
dekat. Lalu, itu diimbangi secara fisiologis dengan berolahraga. Ketika
berolahraga, tubuh yang bergerak lalu berkeringat itu akan membakar lemak,
mengurangi beban tubuh, dan meningkatkan hormon endorphin yang berefek
rileksasi dan mengurangi stress. Bisa dibilang, olahraga sebenarnya jadi obat
untuk segala penyakit yang dilakukan oleh tubuhmu dan untuk kesehatanmu juga.
0 komentar:
Posting Komentar